Wonosobo Hebat
Pisowanan Agung diwarnai 15 Gunungan, Meriahkan Perayaan 200 Tahun Wonosobo
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Matahari pagi baru saja menyembul dari balik Gunung Sindoro, namun Alun-alun Wonosobo sudah sesak oleh ribuan warga, Kamis (24/7/2025).
Mereka datang dari berbagai penjuru daerah, mengenakan pakaian adat Jawa, lurik, jarik, dan blangkon dengan senyum sumringah.
Hari ini, Wonosobo genap berusia 200 tahun. Hari Jadi Tahun ini mengangkat tema "Dwi Abad Wonosobo Kukuh ing Tembayatan, Unggul ing Samukawis, Tumuju Wonosobo Raharjo, Adil lan Makmur".
Baca juga: Busana Pengantin Setjonegoro Resmi Diperkenalkan Kembali di Hari Jadi ke-200 Wonosobo
Hawa sejuk Wonosobo hari ini bak di kehidupan masa lampau dengan puluhan penjor yang berdiri gagah menghiasi alun-alun.
Denting gamelan mengalun pelan dari panggung utama, mengiringi langkah masyarakat yang terus berdatangan ingin menyaksikan kemeriahan 2 abad Wonosobo.
Di sisi barat Jalan Merdeka, prosesi penjemputan Bupati dan Wakil Bupati berlangsung khidmat, diiringi para kepala OPD.
Rombongan berjalan dengan perlahan dengan iringan alat musik Jawa.
Rombongan Bupati keluar dari pendopo diikuti barisan yang membawa 15 gunungan hasil bumi yang akan diberikan untuk rakyatnya usai upacara Pisowanan Agung.

Di tengah alun-alun, Bupati Afif Nurhidayat sudah menanti.
Ia berdiri di atas panggung kehormatan menyambut warganya dalam momen Pisowanan Agung, upacara sakral tempat pemimpin sowan pada rakyat dan rakyat sowan pada pemimpinnya.
Alunan gamelan berhenti sejenak saat pembacaan sejarah singkat Wonosobo dimulai.
Nama-nama bupati terdahulu disebut satu per satu, menambah haru suasana.
Berlanjut, Bupati Afif menyampaikan sambutannya di hadapan rakyatnya.
Suaranya tenang namun tegas, menggema hingga ke sudut-sudut alun-alun yang padat.
"Momentum Hari Jadi ke-200 ini jadikan sebagai ajang muhasabah dan evaluasi terhadap berbagai kebijakan strategis Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
"Menyongsong tahun-tahun berikutnya, pemerintah berkomitmen untuk semakin memperkuat kolaborasi, gotong royong, dan fokus pada isu-isu krusial, terutama penanganan kemiskinan," ucap Bupati pada momentum 2 abad ini.
Usai sambutan, tak lama kemudian, air suci dari tujuh mata air yang telah dicampur pada malam sebelumnya dibawa oleh dua sesepuh adat setempat.
Air tersebut dicipratkan ke empat penjuru mata angin oleh Bupati.
Prosesi Birat Sengkolo ini memiliki makna harapan Wonosobo selalu dalam lindungan dan membuang hal negatif.
Menjelang akhir upacara Pisowanan Agung, panji-panji yang sebelumnya telah dikirabkan ke seluruh desa di Kabupaten Wonosobo dikembalikan ke pendopo melalui prosesi Serah Terima Panji yang diterima Bupati dan jajaran Forkopimda.
Upacara Pisowanan Agung usai, Bupati turun dari panggung kehormatan. Suguhan kesenian berlanjut hingga akhir acara.
"Pemerintah Kabupaten menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak atas dukungan dan partisipasi dalam perayaan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo.
Kolaborasi yang apik antara pemerintah, elemen masyarakat, dan seluruh warga menciptakan sinergi luar biasa yang menjadikan rangkaian kegiatan berjalan dengan lancar, sukses, dan spektakuler," jelasnya.
Tari-tarian tradisional, kirab pengantin adat, serta grebeg gunungan menutup hari yang penuh suka cita.
Dalam sekejap 15 gunungan hasil bumi Wonosobo diserbu masyarakat yang hadir di alun-alun.
Baca juga: Gimbal Unik Bak Konde, Gadis Kecil Kalikajar Ikuti Ruwatan saat Momentum Hari Jadi Wonosobo
"Semangat banget dari Selomerto ke sini lihat puncak Hari Jadi Wonosobo. Saya ambil hasil gunungan tadi ada sayuran, bisa buat dimasak nanti. Semoga Wonosobo terus maju ke depannya," ucap warga, Sutarsih asal Selomerto.
Di usia yang ke-200, Wonosobo tak hanya merayakan usia, tapi juga menapaki masa depan dengan semangat gotong royong dan doa dari bumi pegunungan.
"Gunungan ini bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, alhamdulilah tahun ini panen para petani cukup baik dan melimpah. Mudah-mudahan tahun depan lebih melimpah," tutup Bupati. (ima)